Pagi-pagi sekali aku menata barang-barang daganganku. Semua kutata serapi mungkin, aku sangat mengutamakan penampilan barang-barang daganganku demi menarik pelanggan sebanyak mungkin. Dan tak lama, stanku siap melayani para pengunjung. Ada dompet kulit, tas kulit, sepatu kulit, untuk cewek dan cowok, semuanya dengan harga murah, komplit!
Sebelumnya izinkan ku memperkenalkan diri. Aku adalah seorang mahasiswa biasa dari sebuah universitas negeri terfavorit di Jawa Timur, yang baru menginjak semester kedua, yang saat ini mengalami krisis keuangan yang begitu memprihatinkan. Mencoba membuka sebuah usaha kecil-kecilan adalah salah satu hal yang bisa kulakukan, dalam membantu orang tuaku membiayai kuliahku saat ini.
Aku mencoba berdagang dengan menyewa sebuah stan dalam salah satu pameran yang diadakan kampusku saat itu. Pagi itu ramai sekali akan bapak-bapak dan ibu-ibu yang berkunjung. Ini karena adanya lomba mewarnai tingkat TK yang merupakan acara pertama pada pameran pagi itu. Mereka berkunjung mendampingi anak-anak mereka yang mengikuti lomba tersebut. Tentu saja merupakan kesempatan bagiku, karena bapak-bapak dan ibu-ibu seusia mereka adalah mangsa bagi dompet-dompet kulit barang daganganku. Pagi itu dompet-dompetku laris manis!
Keadaan ini tak berlangsung lama, karena setelah event lomba tingkat TK tersebut selesai, pameran itu mendadak menjadi sangat sepi akan pengunjung. Hal ini membuat semangatku terguncang. Bagaimana tidak? Keuntungan yang kudapat sampai saat itu masih belum bisa mengembalikan modalku untuk menyewa stan dalam pameran tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan pameran itu menjadi sepi adalah hal yang semakin membuatku menyesal karena telah menyetujui tawaran yang diberikan PJ stan pameran tersebut, untuk mau menyewa dan mengisi kekosongan stan dalam pameran tersebut. Dijauh hari sebelum pameran itu berlangsung, seorang lelaki yang diamanahi sebagai penanggung jawab stan pada pameran tersebut mendatangiku.